Monday, February 18, 2013

2 ulat


Aku adalah ulat keket, dengan dua mata kecil, sedikit bersungut, berbadan gendut, berbuku-buku, berwarna hijau serta berkaki pendek (kaki pendek menambah kesan seksi menurutku).
Lalu suatu hari aku bertemu ulat bulu yang lucu, sedikit gempal, berbulu lembut berwarna coklat susu dengan komposisi yang tidak imbang, coklatnya lebih banyak! menambah kesan ginuk-ginuk melihatnya.
Kami berdua adalah golongan  ulat dari bangsa hewan1


 1. Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian lagi berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu. ( Surat An-Nur: Ayat 45)

Hewan berbagi  bumi dengan manusia. Kamipun bertemu di belakang sebuah bangunan milik manusia,- sering disebut, KAMPUS -. Musim hujan waktu itu. Pertemuan pertama yang kemudian berlanjut tiap hari karena daun tempatku berteduh ternyata satu pohon dengannya. Sejujurnya, tidak banyak yang kuingat darinya selama kami bersama dalam satu pohon. Kami hanya tetangga daun, hanya teman satu pohon, aku hanya menyapanya saat angin mendekatkan  daunku ke daunnya, hanya sempat ‘say hello’. Selebihnya kami asing, sampai kemudian kami menyadari ada satu persamaan yang membuat kami dekat, KAMI SUKA LEYEH-LEYEH, berayun santai di atas daun yang diterbangkan angin sambil memakan apa saja, LALU KAMI TAHU, kami adalah ulat ber-gen gendut, sedikit makan, banyak bertambah berat badan!!
Hari-hari berikutnya, kami banyak menghabiskan waktu bersama, lalu kami sepakat untuk berbagi daun. Aku pindah ke daunnya waktu itu. Jelas keputusan yang beresiko karena kami harus berbagi privasi. Ajaib, hampir satu tahun aku numpang di daunnya, juga hampir satu tahun tanpa complaint!Kurasa bukan karena dia terlalu baik, tapi karena dalam banyak hal kami punya kesamaan. Aku suka sayur yang berwarna hijau-dia juga, aku suka mendengarkan musik alam-dia juga, aku suka bersenandung-dia juga, aku suka berpetualang-dia juga, aku suka menyampah di daunnya-dia juga, aku bisa tidur diatas tumpukan sampah-dia juga, aku biarkan sampah berserakan di daunnya 1 minggu lamanya-dia juga, huuuufhhhhhhh……….KOMPAK YANG ANEH!!!!
Kami tidak berkomitmen untuk kompak, semuanya mengalir begitu saja seperti ada yang mengatur. Sama, seperti kami meyakini bahwa hidup kamipun sudah ada aturannya2.

 2 *Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum kami   menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
        (Surat Al Hadid:Ayat 22)
**(kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Surat Al Hadid:Ayat 23).

 Lewat satu tahun, kami masih bersama, 1 lapang rumput, tapi beda pohon. Aku harus menjalani kodratku sebagai ulat keket, masuk ke fase hidup berikutnya. Diapun makin tampak dewasa dengan kemandiriannya.
Lalu kami mulai berbagi cerita dan derita sepenuhnya, aku ulat keket yang malang, tumbuh dalam kesendirian, dibesarkan diantara  gesekan batang ilalang yang tajam. Dia ulat bulu yang disayang, tumbuh dalam lingkungan yang nyaman, besar dalam kebersamaan. Kami berasal dari Perbedaan yang luar biasa, lalu kenyataannya kami saling sirik, dia bilang –enak jadi kamu, bebas pergi kemana kamu suka-, sementara aku justru berpikir -enak jadi kamu!! Tumbuh besar dalam kondisi sempurna-. Lalu aku berandai-andai seandainya aku adalah dia, pernah juga sekali berdoa semoga hidupku bisa senyaman hidupnya (dan mungkin dia juga pernah berdoa memiliki apa yang aku punya)3.

 3. *Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan (Surat Ar-Rahman:Ayat 29)
**Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan (Surat Ar-Rahman : Ayat 30).

Tapi semakin banyak bertukar cerita kamipun semakin banyak paham, betapa kondisi hidup, sebagaimanapun, sejatinya adalah sama, yang membedakan hanya CARA PANDANG KITA, yang  seringkali memunculkan ketidakpuasan.

Lewat dua tahun, kami terus bersama. Kami sering berpetualang, berjalan beriringan menelusuri gelapnya malam, mencoba memecahkan misteri kenapa langit sebagian gelap dan sebagian terang, kenapa cahaya bintang sebagian redup dan sebagian gemilang, kenapa angin kadang bertiup kencang kadang pelan, kenapa awan kadang kecil-kecil bergerombol, kadang menyatu besar….. lalu kami temukan jawabannya saat hujan datang4

 4. Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.(Surat An-Nur:Ayat 43).


Lewat tahun ke tiga bersama, kami lebih berani berkliaran, mencoba menyibak rahasia hidup mahluk besar yang berakal5.

 5. *Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi”, Mereka berkata”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan  padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “ sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(Surat Al-Baqarah:Ayat 30)
**Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian  mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, “sebutkanlah kapada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” (Surat Al Baqarah: Ayat 31).

Kami tahu, saat malam gelap manusia jarang ada yang berkeliaran, mereka masuk ke dalam bangunan yang jika kami panjat bisa menghabiskan waktu satu hari satu malam. Entahlah bangunan apa namanya, tapi kami yakin bahwa semua manusia begitu. Sampai suatu ketika kami lewat depan manusia renta yang tertidur pulas diatas kertas coklat tebal, tapi di depan bangunan, bukan di dalamnya. Manusia renta yang aneh pikirku, dan aku yakin ulat bulu juga berpikiran sama karena kami kompak dalam banyak hal. Kami masih terheran-heran memandangi manusia renta yang sedikit menggigil dalam tidurnya, saat kemudian datang manusia lainnya, dua orang yang tampak jauh lebih muda, bersuara lembut, dengan kain panjang menutup rambut, leher, dan dadanya. Tampak cantik. Belakangan kami tahu nama manusia yang satu itu, perempuan, ya…perempuan muslimah6

 6. Katakanlah kepada wanita yang beriman, “hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah  menampakan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau sodara-sodara laki-laki mereka, atau putra-putra sodara laki-laki mereka, atau putra-putra sodara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap mereka), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan . Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (Surat An-Nur :Ayat 31)

Entah berkata apa mereka, kami tidak terlalu mengerti bahasa manusia, yang pasti kami melihat dua perempuan muda memberikan sesuatu kepada manusia renta sebelum meninggalkannya. Lalu dari remangnya belukar kami lihat manusia renta membuka bungkusan, tersenyum senang memandang isinya, lalu samar kami dengar kata “Alhamdulillah”, serentak kami tersadar, manusia renta sedang bersyukur memuji Tuhannya, Tuhan kami, Tuhan sekalian alam7

 7. Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata, dan sebagian besar daripada manusia?Dan banyak diatara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (Surat Al-Hajj: Ayat 18)

Sepotong roti, ya…….hanya sepotong roti tipis yang habis dalam sekejap, tapi mampu meyakinkan manusia renta bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya. Sekali lagi mata tuanya berkedip meneteskan air mata bahagia, sembari mengangkat kedua tangan keriputnya, samar berbisik “Aku ikhlas dengan setiap takdirmu ya….Allah, semoga hamba termasuk golongan orang-orang yang bersyukur, dan karuniakanlah  kepada kedua perempuan yang memberi hamba sepotong roti malam ini, Rizki-Mu dari jalan yang halal, Amin….ya Rob…..”
Kami yakin manusia renta itu berdoa, memohon sesuatu pada Tuhan-Nya8

 8. Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi?Apakah ada Tuhan lain selain Allah?Sedikit sekali kamu yang memperhatikan-Nya  (Surat An-Naml; Ayat 62).

Kami berdua tercekat melihat pemandangan berikutnya malam itu, seorang renta berselimut megahnya langit kelam, tertidur pulas tanpa beban. Tubuhnya tidak lagi menggigil setelah mengunyah beberapa potong roti tipis pemberian perempuan-perempuan muda tadi. Sekali lagi, HANYA SEPOTONG ROTI.
Mataku basah, rasa syukur yang tulus telah dia ajarkan pada kami lewat sebait doanya, Doa karena sepotong roti9

 9. Hai orang-orang yang beriman!Makanlah di antara rezeki yang baik yang kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada Allah jika memang hanya Dia saja yang kamu sembah (Surat Al Baqarah; Ayat 172)

Aku menghapus air mata, menggamit ulat bulu yang juga terpekur disampingku. Dalam perjalanan pulang, kami berdua semakin yakin bahwa setiap perjalanan hidup tidak ada yang sia-sia, siapapun, dimanapun, bisa memberi hikmah dan pelajaran berharga untuk kami yang sering lupa. Pelajaran yang sederhana memang, tapi menjadi sejuta makna untuk kami yang ingin terus berpetualang menyingkap rahasia kehidupan.

Aku dan ulat bulu di ujung malam itu saling berpesan,
“………jangan lupakan aku kawand, dimanapun, kita akan tetap menjadi saudara, bahkan jika kelak obrolan kita terasa hambar karena kita sudah terlalu lama tidak bertemu, atau karena masing-masing kita punya jalan hidup yang berbeda, pandangan yang berbeda, bahkan tujuan hidup yang berbeda……..
Hargai perjalananku jika kelak semua prosesnya membuatku menjadi asing bagimu,
Juga kelak telingaku mungkin sedikit tuli, mataku sedikit rabun, buluku berubah warna, dan tanganku bergetar saat membuatkanmu secangkir teh hangat manis………
Tapi mohon tetap ingat aku sebagai saudara karena kita satu pencipta.
Hidupku, hidupmu, sudah pasti akan punya cerita berbeda, tapi   kita punya sebongkah hati yang sama, hati yang pernah tersentuh oleh “Doa karena sepotong roti”.
Terus berjalan kawand…..lakukan yang terbaik yang kita bisa,
Semoga Allah ridho…………….”


                                                                                                 -Karatsu, 23 maret 2011-

Cilok



Cilok made in anak sayah, dibuat dengan cinta, dimakan dengan bangga.

Cilok ini cuma aci dicolok, makanan jaman sayah SD. Bahannya aci yang dicampur air panas sampai kalis, terus tengahnya diisi kacang atau daging cincang (sesuai selera). Setelah itu rebus dalam air mendidih sekitar 20 menit, angkat, dan kukus 15 menit.





 Lalu siap dihidangkan. Biasanya dalam bentuk tusukan sate, dan atasnya disiram bumbu kacang pedas....Uih....kenapa jadi ngiler sendiri, Heheheh