Monday, February 18, 2013

Rahasia Kita (Ibu)


Pstttt….sini Nak, kuberitahu kau satu cerita tentang Ibu, tapi berjanjilah dulu ini rahasia, hanya kita. Terkecuali jika kelak saat Ibu sudah tidak ada, kau boleh menceritakan rahasia ini pada adik-adikmu. Atau saat kalian beranjak dewasa, dan dunia tidak seramah yang kau kira, maka ini pengecualian terbesar, kau boleh menceritakan rahasia kita pada semua.
Kau siap? Simak ceritaku baik-baik, dan pastikan rahasia ini tertutup rapat dalam hatimu. Tentang Ibu….
Kumulai cerita tentangnya sebelum kau ada di dunia. Kau tau?Konon kau hanya segumpal daging tak bernyawa di rahimnya. Tapi sejak awal Ibu begitu memperhatikanmu, bahkan  beliau tidak lagi memikirkan dirinya. Setiap makanan sehat, disantap untuk memastikan perkembanganmu sempurna. Ibu yang dulu langsing, perlahan menjadi gemuk sejak kau di dalam kandungannya. Dan yang lebih ekstrim lagi, perut Ibu yang dulu singset dan mulus seketika berubah gendut bergaris-garis karena selulit.  Kalau bukan Ibu, mungkin perubahan bentuk fisik itu akan merisaukannya. Bukankah dulu Bapakmu memujanya karena cantik? Tapi lihatlah, Ibu tetap melakukan aktifitas rutin dengan perut buncitnya. Beliau membiarkanmu tumbuh dan berkembang menjadi bayi sempurna dalam tubuhnya yang ringkih, yang jelas tidak sekekar tubuh Bapak.  Sembilan bulan kau dalam kandungannya, membuatnya merasa pusing, mual, tidak bisa tidur, sakit pinggang, dan kringetan sepanjang hari. Tapi itu bukan apa-apa buatnya. Beliau tetap menanggung segala resikonya demi melahirkanmu ke dunia, dan bahkan untuk resiko kehilangan hidupnya pun, beliau tanggung. Maka jika Ibumu tidak berjiwa preman, ……dari manalah keberanian itu muncul.
inilah rahasia yang hendak kuceritakan padamu tentangnya, Ibumu…..
Dan tibalah saat kelahiranmu. Ibu  merasakan sakit yang tidak berujung sebelum mengantarkanmu melihat dunia. Di dalam kamar serba putih, rintihannya terdengar setiap kau mendesak keluar. Sungguh nak, detik-detik itu  aura hidup dan mati begitu tipis, Bayangkan betapa  besar nyali ibu terkapar di ranjang, berdampingan dengan gunting dan jarum yang siap digunakan dalam proses melahirkanmu.  Menarik nafas,  mengejan, menarik nafas, mengejan, begitu berulang-ulang sampai kau pun berhasil dilahirkannya. Dan perjuangan belum berakhir. Setelah kau dilahirkan, maka rasa sakit saat mengandungpun berganti menjadi malam-malam panjang, terbangun tengah malam untuk menyusuimu, mengganti popokmu, menemani celotehanmu. Maka jika Ibumu tidak berjiwa preman, ….dari manalah kekuatan itu muncul.
Inilah rahasia yang hendak kuceritakan padamu tentangnya, Ibumu…..
Kaupun beranjak balita, bergerak semena-mena seolah disana tidak ada bahaya. Tapi lihatlah wajah letih itu, tidak seguratpun raut penyesalan  meski hari-harinya dikacaukan kenakalanmu. Bahkan dengan sigap diselempangkannya selembar kain di bahu, direngkuhnya kau dalam pelukan, sementara tangan kanannya tetap produktif menyapu, mencuci baju, menyetrika, bahkan memasak. Lihatlah, lihat!  betapa terampilnya ibu melindungimu dari cipratan minyak panas saat menggoreng, juga memastikan makan siangmu tersaji dengan hangat. Maka jika Ibumu tidak berjiwa preman,……dari manalah keahlian itu muncul.
Inilah rahasia yang hendak kuceritakan padamu tentangnya, Ibumu…..
Dan perhatikan Nak, di setiap paginya Ibu adalah wanita tegar. Dengan segenap hati dilepasnya Bapakmu untuk mencari nafkah. Diantarnya dengan doa, rasa ikhlas dan kepercayaan penuh,  sore nanti kelak kembali pulang. Pun jika Tuhan berkehendak lain, maka yakinlah, Ibu adalah orang pertama yang akan senantiasa mendampingimu  sekuat hati, sebesar tanggung jawabnya. Sejak kecil hingga kau matang secara rasional, tau mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk itulah Ibu sesekali menghardikmu dengan sangat saat kau melakukan keburukan, agar kau bisa membedakannya dengan kebaikan. Maka jika ibumu tidak berjiwa preman…..dari manalah keterampilan itu muncul.
Inilah rahasia yang hendak kuceritakan padamu tentangnya, Ibumu…..
Sampai disini, aku tidak sanggup lagi menceritakannya Nak. Lagipula untuk apa kuceritakan, kau pasti paham betul semuanya kan? Jika Ibumu tidak berjiwa preman, bagaimanalah kau bisa sesukses itu!!!!!!
Dan ingat  janjiku, saat dunia tidak seramah yang kau kira, kau boleh, bahkan  perlu menceritakan pada semua tentang Ibumu dan jiwa premannya, dan yakinlah!keberanian, kekuatan, keahlian, dan ketrampilan beliau yang kau warisi, sejatinya cukup, bahkan sangat cukup untuk menaklukan dunia…….


Karatsu, 26 Juli 2011

No comments:

Post a Comment